Senin, 10 Oktober 2016

unilever





Unilever Indonesia Bagikan Dividen Interim Rp 342






Liputan6.com, Jakarta - PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) akan membagikan dividen interim untuk tahun buku 2015 sebesar Rp 342 per saham. Pembagian dividen interim itu telah diputuskan saat rapat direksi pada 24 November 2015.
Total pembagian dividen mencapai Rp 2,6 triliun. Dividen interim itu berasal dari laba perseroan untuk periode yang berakhir pada 30 Juni 2015 kepada pemegang 7,63 miliar saham.
Pemegang saham yang namanya terdapat dalam daftar pemegang saham pada 4 Desember 2015 berhak untuk dividen interim itu. Pelaksanaan pembayaran dividen interim dilakukan pada 17 Desember 2015.

Sementara itu, cum dividen untuk perdagangan di pasar reguler dan negosiasi pada 1 Desember 2015, ex dividen untuk perdagangan di pasar reguler dan negosiasi pada 2 Desember, cum dividen di pasar tunai pada 4 Desember 2015, dan ex dividen untuk perdagangan di pasar tunai pada 7 Desember 2015.
PT Unilever Indonesia Tbk membukukan laba periode berjalan naik tipis 3,3 persen menjadi Rp 4,18 triliun hingga September 2015. Penjualan bersih naik 5,58 persen menjadi Rp 27,54 triliun hingga September 2015 dari posisi sama tahun sebelumnya Rp 26,08 triliun. (Ahm/Igw)*





Menguji Ketahanan Unilever Saat Ekonomi Melambat






Liputan6.com, Jakarta - Perlambatan ekonomi seiring daya beli masyarakat melemah cukup mempengaruhi sektor barang konsumsi. Katalis tersebut memberikan tekanan terhadap kinerja PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) membukukan pertumbuhan laba naik tipis hingga September 2015. Laba bersih perseroan naik 3,31 persen menjadi Rp 4,18 triliun hingga kuartal III 2015 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 4,04 triliun. Penjualan naik 5,58 persen menjadi Rp 27,54 triliun hingga September 2015.
Analis PT Samuel Sekuritas Andy Ferdinand menuturkan, kinerja PT Unilever Indonesia Tbk itu dipicu kenaikan harga jual produk sekitar dua persen pada sembilan bulan pertama 2015. Akhir tahun lalu, perseroan menaikkan harga jual produk sekitar empat hingga lima persen.
Kenaikan harga jual itu dilakukan seiring depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Hal itu mengingat 55 persen dari beban pokok penjualan memiliki eksposur terhadap mata uang asing. Secara year to date, rupiah susut 10,96 persen terhadap dolar AS. Rupiah ditutup naik tipis ke level 13.746 per dolar pada Selasa 17 November 2015.
"Di industri, seiring adanya tekanan pada daya beli, konsumen secara umum cenderung mengurangi pembelian jumlah barang dan atau beralih ke barang lebih murah," ujar Andy, seperti dikutip dari risetnya, yang ditulis Rabu (18/11/2015).
Dalam riset PT Henan Putihrai menyebutkan, penjualan perusahaan masih terfokus pada pasar domestik, hanya lima persen dari total penjualan yang ditujukan untuk pasar ekspor. Konsekuensi dari keputusan itu berdampak pada melambatnya pertumbuhan volume penjualan perusahaan.
Riset PT Henan Putihrai juga menyebutkan kalau perseroan mencatatkan perbaikan pada gross margin untuk segmen home and personal care (HPC) dan food and beverage (F&B). Gross margin kedua segmen itu masing-masing naik menjadi 54,3 persen dan 42,6 persen dari 51,1 persen dan 41,3 persen pada kuartal III 2014.
"Gross margin perusahaan pada kuartal III 2015 tercatat sebesar 50,7 persen naik dari margin pada sembilan bulan 2014 sebesar 48,8 persen," tulis riset PT Henan Putihrai.
Pelemahan harga komoditas bahan baku menjadi kontributor utama pada perbaikan sisi gross margin perusahaan kendati pelemahan harga bahan baku diimbangi oleh depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Andy mengatakan, kenaikan royalti juga mendorong kenaikan biaya operasional pada tahun ini. Akan tetapi, ke depannya tidak ada lagi kenaikan royalti yang merupakan persentase dari penjualan. Biaya iklan dan promosi naik tujuh persen Year on Year (YoY).
"Pada kuartal III 2015, biaya tersebut secara persentase terhadap penjualan naik 38 basis poin (bps) secara kuartal per kuartal atau 11 basis poin YoY)," kata Andy.
Tekanan Rupiah Masih Bebani Unilever
Hingga akhir tahun ini, analis kompak menilai kalau pergerakan nilai tukar rupiah dan permintaan melemah seiring perlambatan ekonomi masih membebani PT Unilever Indonesia Tbk. Depresiasi nilai tukar rupiah terus berlanjut diperkirakan menggerus margin perusahaan.
Andy memprediksi, pendapatan perseroan dapat mencapai Rp 36,58 triliun dan laba bersih sekitar Rp 5,79 triliun pada 2015. Sebelumnya perseroan diharapkan dapat mencatatkan pendapatan Rp 40,24 triliun dan laba bersih sekitar Rp 6,47 triliun.
Walau menghadapi tekanan perlambatan ekonomi pada 2015, PT Unilever Indonesia Tbk tetap ekspansi dengan membangun pabrik. Salah satunya oleh induk usaha perseroan yaitu PT Unilever Oleochemical Indonesia yang membangun pabrik pengolahan kelapa sawit di Sei Mangke. Produk hasilnya merupakan bahan baku sabun dan deterjen bagi PT Unilever Indonesia Tbk. Pabrik ini ditargetkan bisa beroperasi pada 2016.
Analis PT Investa Saran Mandiri mengatakan, laba PT Unilever Indonesia Tbk akan naik sekitar 15 persen pada 2016. Hal itu ditopang sejumlah faktor antara lain ekonomi lebih baik pada tahun depan didukung nilai tukar rupiah stabil.Hans mengatakan, kestabilan nilai tukar rupiah itu didukung dari kenaikan suku bunga bank sentral AS.
Ditambah sentimen eksternal lainnya ekonomi China menemukan keseimbangan baru pada level 6,5 persen usai menambah stimulus."Ekonomi Amerika Serikat juga membaik dan dalam negeri juga akan ditopang dari belanja infrastruktur," kata Hans.





Penjualan Unilever Indonesia Naik 12%




Liputan6.com, Jakarta - PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mampu mencatatkan kinerja positif meski laba naik tipis pada 2014. Perseroan mencetak laba tahun berjalan naik tipis 7,2 persen dari Rp 5,35 triliun pada 2013 menjadi Rp 5,35 triliun pada 2014.
Kenaikan laba ini ditopang dari kenaikan penjualan bersih sekitar 12,20 persen dari Rp 30,75 triliun pada 2013 menjadi Rp 34,51 triliun. Harga pokok penjualan naik 16,24 persen menjadi Rp 17,41 triliun pada 2014.
Hal itu mendorong laba kotor naik 8,36 persen menjadi Rp 17,09 triliun pada 2014. Di pos beban, perseroan mampu menurunkan beban pemasaran dan penjualan sebesar 0,20 persen dari Rp 6,62 triliun pada 2013 menjadi Rp 6,61 triliun pada 2014. Akan tetapi, beban umum dan administrasi naik 33,3 persen menjadi Rp 2,7 triliun.
Penghasilan keuangan turun menjadi Rp 10,45 miliar pada 2014. Selain itu, biaya keuangan meningkat menjadi Rp 96,06 miliar. Dengan melihat kinerja itu, laba bersih per saham dasar naik menjadi Rp 752 pada 2014.
Total liabilitas naik 14,59 persen menjadi Rp 9,68 triliun pada 31 Desember 2014 dari periode 31 Desember 2013 sebesar Rp 8,44 triliun. Ekuitas naik menjadi Rp 4,59 triliun pada 31 Desember 2014. Perseroan mengantongi kas sebesar Rp 859,12 miliar.
Pada perdagangan saham hari ini pukul 13.15 WIB, saham PT Unilever Indonesia Tbk naik 1,79 persen menjadi Rp 39.800 per saham. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 965 kali dengan nilai transaksi Rp 21,9 miliar. (Ahm/)





Dirut Lama Pensiun, Ini Bos Baru Unilever Indonesia



Liputan6.com, Jakarta - PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) untuk mengangkat Hemant Bakshi sebagai Presiden Direktur menggantikan Maurits Daniel Rudolf Lalisang.
Penggantian susunan direksi ini mengingat Maurits Daniel Rudolf Lalisang akan memasuki masa pensiun pada akhir 2014. Maurits bergabung dengan perseroan pada 1980, dan diangkat menjadi Presiden Direktur Perseroan sejak Mei 2004.
Oleh karena itu, perseroan akan mengusulkan untuk mengangkat Hemant Bakshi selaku Presiden Direktur Perseroan menggantikan Maurits Lalisang.
"Pengangkatan Hemant Bakshi selaku Presiden Direktur akan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku melalui mekanisme Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Jadwal RUPSLB akan diinformasikan oleh perseroan secara terpisah," ujar Sekretaris Perusahaan PT Unilever Indonesia Tbk, Sancoyo Antarikso, dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (12/8/2014).
Hemant Bakshi merupakan warga negara India. Beliau mengawali karier bersama Unilever di India sejak tahun 1989. Beliau telah menduduki beberapa posisi senior di operasi global Unilever termasuk posisi SVP HPC di Unilever Hindustan India.
PT Unilever Indonesia Tbk termasuk emiten yang mencatatkan kapitalisasi pasar saham terbesar di Bursa Efek Indonesia. Hingga 11 Agustus 2014, perseroan mencatatkan kapitalisasi pasar saham mencapai Rp 238 triliun.
Hingga sepanjang semester I 2014, perseroan mencatatkan penjualan naik 13,94 persen menjadi Rp 17,58 triliun dari periode sama tahun sebelumnya Rp 15,43 triliun. Sementara itu, laba bersih naik tipis 0,85 persen ke level Rp 2,84 triliun pada semester I 2014.
Analis PT MNC Securites, Reza Nugraha pernah mengatakan, kinerja sektor saham konsumsi cenderung melambat pada 2014. Hal itu mengingat beban produksi perseroan semakin tinggi dari kenaikan tarif tenaga listrik dan biaya transportasi.
Berdasarkan data RTI, kepemilikan saham perseroan per Juni 2014 antara lain Unilever Indonesia Holding BV sekitar 84,99 persen dan publik kurang 5 persen sebesar 15,01 persen. (Ahm/)




Unilever Reguk Untung Rp 5,3 Triliun





Liputan6.com, Jakarta - PT Unilever Indonesia Tbk membukukan laba yang dapat diatribusikan (ditanggungkan) kepada pemilik entitas induk naik menjadi Rp 5,35 triliun pada 2013. Angka pencapaian laba ini tumbuh 10,6% dari realisasi tahun 2012 sebesar Rp 4,83 triliun.
Kenaikan laba ini diikuti kenaikan penjualan bersih sebesar 12,65% menjadi Rp 30,75 triliun pada 2013. Harga pokok penjualan perseroan naik 11,65% dari Rp 13,41 triliun pada 2012 menjadi Rp 14,97 triliun pada 2013.
Mengutip keterangan yang diterbitkan, Rabu (26/3/2014), laba kotor perseroan pun naik menjadi Rp 15,77 triliun pada 2013 dari tahun 2012 sebesar Rp 13,88 triliun.
Perseroan mengalami kenaikan beban pemasaran dan penjualan menjadi Rp 6,62 triliun pada 2013 dari periode sama tahun 2012 sebesar Rp 5,88 triliun.  Lalu beban umum perseroan naik menjadi Rp 2,02 triliun. Sisi lain perseroan juga dapat menurunkan biaya keuangan menjadi Rp 20,10 miliar pada 2013.
Kenaikan beban ini memang membuat margin perseroan turun tipis. Perseroan mencatatkan margin sebesar 17,7% pada 2012 menjadi 17,4% pada 2013. "Margin sedikit turun karena ada kenaikan biaya operasional," ujar  Sancoyo Antarikso, saat dihubungi Liputan6.com.
Dengan melihat kinerja itu, laba per saham perseroan naik menjadi Rp 701 per saham pada 2013. Ia menambahkan, kenaikan harga dan volume produksi juga mendukung kinerja perseroan pada 2013. Perseroan memiliki kode emiten UNVR ini membukukan total liabilitas naik menjadi Rp 9,03 triliun pada 2013 dari periode sama tahun 2012 sebesar Rp 8,01 triliun. Ekuitas perseroan naik menjadi Rp 4,25 triliun. Perseroan pun mengantongi kas sebesar Rp 261,20 miliar.
Analis PT Trust Securities, Reza Priyambada menilai, pertumbuhan penjualan sekitar 12,65% dan laba sekitar 10,60% memang cukup baik. "Penopang kinerja dari penjualan segmen body treatment sehingga apa yang menjadi kekhawatiran mengenai biaya royalti dapat diatur dengan baik," kata Reza.
Reza pun merekomendasikan, buy dengan target price terdekat Rp 29.150. Pada perdagangan saham Rabu pekan ini, saham UNVR bergerak naik 1,24% ke level Rp 28.600 per saham. Nilai transaksi perdagangan saham sekitar Rp 9,9 miliar.



Beban Naik, Kinerja Unilever Tertekan


Liputan6.com, Jakarta - PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) membukukan laba yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk turun 1,01 persen menjadi Rp 4,04 triliun hingga kuartal III 2014 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 4,09 triliun.
Meski demikian, penjualan naik 13,31 persen dari Rp 23,02 triliun pada kuartal III 2013 menjadi Rp 26,03 triliun pada kuartal III 2014. Harga pokok penjualan naik menjadi Rp 13,35 triliun hingga kuartal III 2014. Laba kotor naik menjadi 7,6 persen menjadi Rp 12,73 triliun.
Meski demikian, laba usaha perseroan turun tipis 0,1 persen menjadi Rp 5,48 triliun hingga kuartal III 2014. Perseroan mencatatkan kenaikan di sejumlah beban. Hingga kuartal III 2014, beban pemasaran naik menjadi Rp 5,17 triliun dan beban umum naik menjadi Rp 2,06 triliun.
Melihat kondisi itu, laba bersih per saham dasar turun menjadi Rp 531 per saham pada kuartal III 2014 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 536.
Total liabilitas tercatat naik menjadi Rp 9,69 triliun pada 30 September 2014. Perseroan pun mengantongi kas sebesar Rp 473,52 miliar.
Pada perdagangan saham Jumat (24/10/2014), saham UNVR turun 1,92 persen menjadi Rp 30.600 per saham. Total frekuensi perdagangan sekitar 2.894 kali. (Ahm/)



Boyong Body Care, Induk Unilever Harus Bayar Ratusan Kali Lipat




PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mengaku upaya kelompok bisnisnya menguasai PT Unilever Body Care Indonesia harus dilalui dengan merogoh kocek cukup dalam. Body Care sendiri sudah menjadi perusahaan tertutup (go private) sejak 2009.

PT Unilever Indonesia dan PT Unilever Body Care Indonesia merupakan naungan anak usaha dari Unilever Indonesia Holding BV.

Direktur Eksternal Relation Unilever, Sancoyo Antarikso mengatakan, Unilever Indonesia Holding BV memiliki rencana untuk membeli sisa saham kepemilikan publik yang masih tersisa di PT Unilever Body Care Indonesia. Untuk mewujudkan misinya itu, Unilevel harus membayar harga penawaran hingga Rp 372 ribu per lembar saham.

"Penetapan harga penawaran yang sekarang meningkat ratusan kali lipat menjadi Rp 372 ribu per lembar saham, dari harga saat Unilever Body Care Indonesia di delisting dari Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009 sebesar Rp 2.250 per lembar," ujar Sancoyo ketika ditemui usai RUPSLB UNVR di Hotel Mulia, Jakarta, Kamis (24/10/2013)

Sisa saham Unilever Body Care Indonesia yang masih dimiliki publik tercatat sebanyak 1,5 juta lembar saham atau setara 1,7% dari total seluruh saham.

Untuk menguasai sepenuhnya saham Unilever Body Care Indonesia yang masih ada di publik, induk usaha Unilever paling tidak harus menyediakan anggaran sebesar Rp 558 miliar.

Sebagai informasi, Unilever Body Care Indonesia pertama kali masuk ke pasar modal Indonesia pada 2007 dengan kode emiten PROD. Dua tahun kemudian, PROD memutuskan delisting dari Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2009.

Aksi go private ini ditempuh seiring rencana perusahaan untuk memiliki sepenuhnya saham yang ada di publik. (Dis/Shd)



Unilever Telah Pakai Belanja Modal Hingga Rp 600 Miliar




PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) sudah menggunakan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 500-600 miliar hingga semester I-2013. Perseroan menganggarkan belanja modal Rp 1 triliun pada 2013.

Direktur Eksternal Relation PT Unilever Indonesia Tbk, Sancoyo Antarikso mengatakan, perseroan sudah menyerap dana belanja modal sebesar 50%-60% di semester I-2013, dari total sebesar Rp 1 triliun. Dana belanja modal digunakan untuk meningkatkan kapasitas pabrik home and personal dan food and beverages. Perseroan menggunakan kas internal untuk membiayai belanja modal.

"Capex pada tahun ini memang lebih rendah jika dibanding tahun sebelumnya. Dana capex juga untuk meningkatkan ekspansi bisnis dan kapasitas produksi pabrik perseroan yang ada di Cikarang dan Surabaya," ujar Sancoyo  ketika ditemui usai RUPSLB UNVR di Hotel Mulia, Jakarta, Kamis (24/10/2013).

Menurut Sancoyo, perseroan meningkatkan kapasitas pabrik home and personal care serta food and beverages untuk menambah produksi lebih besar. Manajemen Perseroan yakin bisa menghabiskan sisa dana belanja modal sebesar Rp 400 miliar hingga akhir Desember 2013.

"Tinggal beberapa bulan lagi pada tahun ini, tapi kami yakin perseroan bisa menyerap sisa dana capex hingga akhir tahun ini, dari dana capex yang sudah digelontorkan oleh perseroan," kata Sancoyo.

PT Unilever Indonesia Tbk membukukan penjualan naik menjadi Rp 15,43 triliun pada semester pertama 2013 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 13,35 triliun. Laba komprehensif yang dapat diatribusikan (ditanggungkan) kepada pemilik entitas induk naik menjadi Rp 2,82 triliun pada semester pertama 2013 dari posisi semester pertama 2012 senilai Rp 2,32 triliun.

Sementara itu, liabilitas perseroan menjadi Rp 9,94 triliun pada 30 Juni 2013 dari posisi 31 Desember 2012 senilai Rp 8,01 triliun. Ekuitas perseroan naik menjadi Rp 4,24 triliun pada 30 Juni 2013 dari posisi 31 Desember 2012 senilai Rp 3,96 triliun. Kas dan setara kas perseroan menjadi Rp 847,10 miliar pada 30 Juni 2013. (Dis/Ahm)


Unilever Ganti Susunan Direksi, Siapa Muka Barunya?





PT Unilever Indonesia Tbk mengubah susunan direksi dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Kamis (24/10/2103). Pergantian direksi ini mengingat salah satu direksi telah memasuki masa pensiun.

Direktur Eksternal Relation PT Unilever Tbk, Sancoyo Antarikso mengatakan, perseroan menerima baik pengunduran diri Franklin Chan Gomez dari jabatannya selaku Direktur Perseroan, sejak 31 Agustus 2013. Lalu perseroan mengangkat Tevilyan Yudhistira sebagai Direktur Perseroan yang baru pada hari ini.

"Dari hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Luar Biasa perseroan yang dilaksanakan pada hari ini, maka perseroan memutuskan untuk menerima baik pengunduran diri Direktur dan mengangkat Direktur Perseroan yang baru," ujar Sancoyo ketika ditemui usai RUPSLB UNVR di Hotel Mulia, Kamis (24/10/2013).

Menurut Sancoyo, pengunduran diri Direktur perseroan yang lama ini dikarenakan sudah masa pensiun, sehingga Direktur Perseroan yang baru digantikan oleh orang Indonesia asli.

Sancoyo menjelaskan,  Tevilyan sendiri merupakan warga negara Indonesia yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Audit di Unilever Southeast Asia.

Adapun susunan Direksi setelah ada pergantian yang efektif sejak 24 Oktober 2013, sebagai berikut :

- Presiden Direktur : Maurits Daniel Rudolf Lalisang
- Direktur : Debora Herawati Sadrach
- Direktur : Hadrainus Setiawan
- Direktur : Ira Noviarti
- Direktur : Vishal Gupta
- Direktur : Enny Hartati
- Direktur : Ainul Yaqin
- Direktur : Sancoyo Antarikso
- Direktur : Ramakrishnan Raghuraman
- Direktur : Tevilyan Yudhistira Rusli
(Dis/Ahm)


    Rumor Unilever Cabut dari BEI, Ini Penjelasan Resminya



    Manajemen PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) menegaskan pihaknya tidak berencana untuk melakukan go private. Adapun sister company perseroan yaitu PT Unilever Body Care Indonesia yang akan go private.

    "(Rumor) PT Unilever Indonesia Tbk berencana untuk melakukan go private, dengan ini kami klarifikasi bahwa berita itu adalah tidak benar," ujar Direktur PT Unilever Indonesia Tbk, Sancoyo Antarikso dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu, (23/10/2013).

    Sancoyo menjelaskan, perusahaan yang berencana melakukan go private sebetulnya PT Unilever Body Care Indonesia Tbk yang sebelumnya dikenal dengan nama PT Sara Lee Body Care Indonesia Tbk (PROD).

    Perseroan adalah sister company dari PT Unilever Indonesia Tbk yang telah delisting dari bursa sejak tahun 2009. Rencana go private PT Unilever Body Care Indonesia telah diumumkan pada 23 Oktober 2013.

    Pada sore ini, PT Unilever Indonesia Tbk dikabarkan go private. Pergerakan saham UNVR pun sempat naik signifikan.

    Pada perdagangan saham hari ini, saham UNVR ditutup naik 2,92% ke level Rp 31.700. Saham UNVR bergerak di level tertinggi ke Rp 37.350 dan level terendah Rp 31.050. Saham UNVR dibuka di level Rp 31.150 pada hari ini.

    Frekuensi perdagangan saham mencapai 4.198 kali dengan nilai transaksi Rp 437,1 miliar. (Ahm/Shd)

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar